TIMES SOFIFI, TALIABU – Perairan di Timur Taliabu, Kabupaten Pulau Taliabu Maluku Utara menyimpan banyak kekayaan laut yang melimpah. Komoditas ikan unggulan disana adalah Ikan Teri dan Ikan Roa.
Meski begitu, masih ada hasil lainnya yang menjadi tangkapan warga, misalkan udang putih, lobster, ikan Kerapu, Tengiri, Ikan Cakalang, ikan terbang dan budi daya rumput laut.
Ikan roa dan ikan teri menjadi tangkapan nalayan sangat mendoinan dibandingkan hasil laut yang lain. Ini karena wilayah laut di Timur Taliabu, menjadi tempat masuknya ikan tersebut di saat datang musim teduh pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember.
Selain itu, garis pantai sepanjang Taliabu Timur seperti Teluk Holl Desa Parigi, Teluk Holl Desa Penu dan Tubang menjadi tempat berkumpulnya ikan Roa untuk bertelur dan Ikan teri untuk menghindari predator.
Jika musim teduh datang, perahu-perahu kecil sampai dengan ukuran besar milik nelayan akan ditarik ke laut. Pemilik perahu lantas akan mengadakan ritual yang disebut Ab-Daut. Ritual ini di percaya masyarakat akan mendatangkan banyak rejeki pada nelayan yang nantinya akan melaut.
Nalayan ikan roa ada di Desa Penu. Sedangkan ikan Teri ada di Desa Tubang dan Desa Parigi. Cara menagkap ikan Roa dan Ikan Teri juga berbeda.
Untuk menagkap ikan Roa, para nelayan mengunakan perahu semang dengan ukuran perahunya panjang 13 M dan lebarnya 1/5 M dengan mengunakan jaring dan mesin tempel 40 Pk, nelayan sudah bisa pergi menangkap ikan roa.
Ikan roa ini nantinya akan diolah menjadi sambal roa, sambal roa adalah sambal yang sudah terkenal di Indonesia. Ikan roa yang di jual ke Manado sudah diasapin terlebih dahulu oleh para nelayan.
Dari data yang dikantongi TIMES Indoensia, di tahun 2020 hasil tangkapan nelayan Roa Desa Penu berkurang jauh. Berbagai faktor seperti penangkapan ikan dengan peledak dan hadirnya kapal-kapal besar penangkap telur ikan terbang diduga menjadi salah satu indikator berkurang hasil tangkap.
Berbeda dengan cara menangkap ikan Teri. Ikan teri yang sudah terkenal dengan kandungan gizi di dalamnya dan sangat baik untuk kesehataan ini tidak sulit untuk mendapatkanya. Untuk menangkapnya, nelayan membuat Bagang Apung.
Bagang apung ini terbuat dari kayu dan dan diberikan pelampung seperti drum. Proses penangkapan ikan ini berlangsung malam hari di saat bulan gelap.
Ketika matahari mulai tenggelam di Laut Banda. Para nelayan ikan teri mulai datang ke bagang apung milik mereka. Disana, mereka akan menyalakan lampu sebagai penerangan, dengan hadirnya cahaya di laut yang gelap akan menarik perhatian ikan teri ke dalam perangkap babang apung yang ada jaringnya. Jika susu banyak ikan yang hadir, nelayan lalu mengangkat jaring dan ikan teri siap dibawa pulang.
Proses nelayan ikan teri tidak sampai disitu. Keesokan harinya ikan hasil tangkapan semalam harus dijemur hingga kering. Jika sudah benar-benar kering, ikan pun siap di bawa ke Desa Fala Kabupaten kepulauan Sula untuk dijual.
Tidak hanya ikan teri yang di jual di Kabupaten Sula. Ikan Roa milik nelayan Desa Penu juga dibawa ke sana. "Semua hasil dari tangkapan nelayan di Taliabu Timur di bawa ke Fala. Proses ini sudah lama berlangsung. Karena Disana ada yang membelinya" Kata Warno salah warga yang memiliki usaha Bagang Apung Desa Parigi.
Menurut nelayan ikan Roa Desa Penu, hingga kini usaha mereka belum juga tersentuh bantuan pemerintah sebagai upaya meningkatkan pendapatan tangkap ikan Roa. " Kami sudah biasa berusaha sendiri, untuk menambahkan modal guna memperbaiki sarana yang rusak kami harus meminjam modal di Bank. Itu menjadi cara kami untuk terus bertahan dalam usaha ini," cerita warga. (*)
Pewarta | : Husen Hamid |
Editor | : Irfan Anshori |