TIMES SOFIFI, MALANG – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur (Disbudpar Jatim) mengenalkan budaya lokal Malang lewat kesenian Topeng Panji. Pengenalan ini menyasar segmen anak-anak muda, sebagai upaya melestarikan budaya.
Kepala Disbudpar Provinsi Jatim, Evy Afianasari mengatakan, dalam upaya budaya lokal ini, menggandeng para seniman dengan menggelar pertunjukan seni topeng panji bertajuk “Panji Laras” di Taman Krida Budaya Kota Malang, Minggu (4/5/2025).
Bahkan, seni tradisional ini juga dikenalkan ke pasar mancanegara dengan mendatangkan para pelajar asing.
"Kami ingin memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya anak muda, generasi Z bahwa Jawa Timur punya kesenian yang namanya Topeng Panji. Senimannya pun ada," ujar Evy, Minggu (4/5/2025).
Melalui gelaran tersebut, lanjut Evy, pihaknya bersama sanggar seni tersebut ingin menginformasikan kepada anak muda bahwa kesenian Topeng Panji tidak hanya berkutat pada sisi kreatif dan estetikanya, tetapi nilai seputar kehidupan, seperti etika.
Nilai itu disebutnya adalah cermin sebuah relevansi yang tetap ada sampai zaman modern ini, sehingga bisa dijadikan sebagai teladan bagi anak-anak muda.
"Target tahun ini Topeng Panji sudah bisa secara masif dikenal dan melekat di hati masyarakat Jawa Timur. Kemungkinan periode selanjutnya akan mendatangkan sanggar lainnya, karena sekiranya ada 12 sanggar Topeng Panji," ungkapnya.
Evy juga berharap langkah yang dilakukan oleh Pemprov Jatim ini, pada akhirnya mampu memperkuat nama kesenian Jawa Timur, khususnya Topeng Panji di mata dunia.
"Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Jawa Timur memiliki kesenian yang luar biasa indah dan sedikit demi sedikit topeng panji akan mendunia," katanya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana pertunjukkan "Panji Laras" dan Pengayom Sanggar Topeng Panji Asmoro Bangun, Suroso menyebut bahwa pagelaran seni merupakan bentuk edukasi bagi anak-anak terkait norma dan kebersamaan.
"Kami ingin memberitahukan bahwa di dalam sebuah kesenian juga ada aturan yang tidak boleh sembarangan dilakukan, ada ritualnya. Lalu, ritual itu saling terhubung satu dan menyatukan antar pemain, semuanya tidak bisa berdiri sendiri," tuturnya.
Ia mengungkapkan, secara garis besar pertunjukkan Panji Laras memiliki nilai tentang kesetiaan, perjuangan, pencarian jati diri, sampai pada ketulusan.
"Idenya karena Panji Laras tokoh anak yang bisa menjadi contoh untuk menjadi seseorang yang luar biasa dengan melewati perjuangan di dalam kesenderian di hutan sampai bisa bertemu ayahnya," ucapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Disbudpar Jatim Angkat Budaya Lokal Malang Lewat Kesenian Topeng Panji
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ronny Wicaksono |