TIMES SOFIFI, JAKARTA – Gut Health atau kesehatan pencernaan menjadi hal menarik di Indonesia, pasalnya makanan yang dikonsumsi saat ini sudah berkembang jauh lebih cepat dibandingkan evolusi tubuh, sehingga tubuh tidak selalu bisa mengejar perubahan pola makan tersebut.
“Akibatnya, sering terjadi ketidaksesuaian antara apa yang kita makan dengan kemampuan tubuh kita untuk menerimanya,” ucap CEO PT Heavenly Nutrition Indonesia, Dien Kwik kepada awak media saat peluncuran susu Miruku di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Menyikapi kesehatan pencernaan khususnya terkait bebas laktosa, ia menjelaskan bahwa angka konsumsi orang minum susu di Indonesia sudah sangat besar, hanya saja prevalensi lactose intolerance di Indonesia juga cukup tinggi.
“Angkanya bervariasi, pada anak-anak mungkin sekitar 20 persen, dan bisa meningkat hingga 50–70 persen pada usia dewasa. Angka ini tergolong besar, hanya saja tingkat dampaknya ke masing-masing individu berbeda-beda,” jelasnya.
Menurutnya, sekitar 50–70 persen masyarakat Indonesia sebenarnya tidak bisa mencerna laktosa dengan baik. “Itulah sebabnya kami mengeluarkan susu yang lactose-free dan fokus pada susu yang nyaman di perut,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tujuan kesehatan pencernaan adalah hal yang ingin dicapai. Ia berharap kesadaran tentang gut health di Indonesia bisa meningkat, karena saat ini awareness-nya memang masih rendah dan pihaknya juga terus belajar.
“Seiring waktu, kami berharap bisa menambah pengetahuan, baik untuk konsumen maupun untuk kita semua,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Marketing Director PT Heavenly Nutrition Indonesia, Ivonne Aryanti mengungkapkan di Asia ini, masyarakat masih kekurangan enzim laktase. Kekurangan enzim laktase inilah yang menyebabkan orang merasa tidak nyaman setelah minum susu, perut terasa bergas, kembung, dan ingin buang air.
Menurutnya, hal ini terjadi karena laktosa di dalam susu merupakan karbohidrat dengan ikatan yang kompleks. Jika tubuh kekurangan enzim laktase, laktosa tidak bisa diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga tidak dapat diserap dengan baik.
“Akibatnya, laktosa masuk ke usus halus tanpa terserap, kemudian masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri. Proses fermentasi ini menghasilkan gas dan rasa asam, sehingga perut terasa tidak nyaman,” jelasnya.
Ia menerangkan, di Asia, kondisi ini memang umum terjadi. Di Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea, prevalensi lactose intolerance mencapai 80 hingga 100 persen. Di Korea Selatan bahkan hampir 100 persen penduduknya mengalami lactose intolerance, dengan tingkat yang berbeda-beda, mulai dari sekadar kembung hingga mual dan muntah.
Di Asia Selatan seperti India, sekitar 60 hingga 70 persen penduduknya mengalami lactose intolerance. Sementara di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Indonesia, dan Thailand, lebih dari 80 persen penduduknya sebenarnya lactose intolerant.
“Namun karena sudah terbiasa sejak kecil, rasa tidak nyaman setelah minum susu sering dianggap hal biasa. Padahal, sebenarnya tubuh kita kekurangan enzim laktase,” sebutnya.
“Padahal susu memiliki banyak manfaat. Kita ambil tiga manfaat utama saja, yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit, menjaga kekuatan tulang agar tidak keropos, dan membantu konsentrasi serta fokus otak,” sambungnya.
Lalu bagaimana solusinya jika minum susu membuat perut tidak nyaman?
Menurutnya, karena masalahnya ada pada laktosa dan kekurangan enzim laktase, maka solusinya adalah menghadirkan susu yang sudah tidak mengandung laktosa.
“Dengan begitu, kita tetap bisa mendapatkan manfaat susu tanpa mengalami sakit perut atau gangguan pencernaan,” ungkap Ivonne.
“Inilah solusi bagi generasi aktif yang tetap ingin minum susu meskipun lactose intolerant, karena prevalensi kondisi ini memang sangat tinggi dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Harapannya, produk ini bisa menjadi solusi agar generasi aktif tetap bisa minum susu, daya tahan tubuh terjaga, tulang tetap kuat, dan konsentrasi tetap fokus,” tandasnya.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Alami Mual saat Minum Susu, Begini Penjelasannya
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Faizal R Arief |