TIMES SOFIFI, PACITAN – Peran komite sekolah di SDN Ponggok Pacitan kini diarahkan bukan sebagai pengumpul dana, melainkan pendamping utama dalam memperkuat program pembentukan karakter siswa.
Hal itu ditegaskan Kepala SDN Ponggok Pacitan, Didik Hartanto, yang menyatakan bahwa komite berperan penting dalam sosialisasi budaya sekolah hingga pengawasan perilaku siswa di lingkungan masyarakat.
Didik menegaskan, sesuai Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016, komite SDN Ponggok tidak melakukan pungutan dalam bentuk apa pun. Seluruh kegiatan sekolah dibiayai dari pemerintah, sedangkan komite mendukung pada aspek pendampingan dan penguatan karakter.
“SDN Ponggok saat ini memang tidak ada pungutan komite apa pun sesuai dengan Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016. Peran komite saat ini sebagai pendamping untuk mensosialisasikan program-program sekolah,” kata Didik Hartanto, Senin (10/11/2025).
Salah satu program yang mendapatkan dukungan penuh komite adalah Kamis Berbudaya, yakni kegiatan yang mewajibkan siswa memakai pakaian adat serta menggunakan bahasa Jawa halus baik di rumah, masyarakat, maupun lingkungan sekolah.
Program ini dinilai efektif memperkenalkan sopan santun, etika berbahasa, dan penghargaan terhadap budaya lokal.
Menurut Didik, komite tidak hanya membantu menyosialisasikan program, tetapi juga ikut mengawasi perilaku siswa saat berada di lingkungan masyarakat. “Komite ikut mengawasi murid dan mensosialisasikan di masyarakat,” ujarnya.
Didik menyampaikan bahwa SDN Ponggok memandang prestasi siswa tidak sebatas juara lomba atau penghargaan akademik. Sekolah lebih menekankan pembentukan karakter yang baik, kemampuan mengembangkan potensi diri, serta etika dalam kehidupan sehari-hari.
“Prestasi siswa bagi kami bukan hasil juara lomba, tetapi anak yang mampu mengembangkan potensinya dan menggunakannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menjaga etika dan karakternya,” tutur Didik.
Sebagai upaya memperkuat karakter siswa, komite terlibat langsung dalam pemantauan perilaku anak di lingkungan tempat tinggal. Komite menjadi jembatan yang menghubungkan sekolah dengan masyarakat sehingga nilai-nilai yang ditanamkan di kelas tetap dijaga di luar sekolah.
Didik menilai pola pengawasan bersama ini efektif karena komite lebih dekat dengan masyarakat dan memahami dinamika lingkungan keluarga masing-masing siswa.
Home Visit, Program Kolaboratif Paling Berdampak
Salah satu langkah konkret kerja sama sekolah dan komite adalah program home visit, yakni kunjungan ke rumah siswa untuk memahami permasalahan keluarga secara langsung. Didik menyebut program ini menjadi bentuk kolaborasi paling berdampak dalam mendukung karakter siswa.
Home visit diprioritaskan bagi keluarga yang menghadapi kesulitan, terutama terkait ekonomi dan kesiapan belajar anak. Dalam banyak kasus, permasalahan karakter ternyata berkaitan dengan dinamika keluarga di rumah.
“…visitasi untuk mengetahui permasalahan orang tua dan anak, untuk mencari solusi bersama,” jelas Didik.
Dalam program ini, komite berperan memberikan informasi awal tentang kondisi keluarga di lingkungan, sementara sekolah menindaklanjuti melalui kunjungan dan pendampingan.
Komunikasi Terbuka, Kunci Kemitraan
SDN Ponggok membangun pola komunikasi cepat melalui grup chat yang melibatkan wali murid, komite, dan pihak sekolah. Kanal ini menjadi ruang diskusi, pelaporan, hingga pengambilan keputusan bersama terkait program pendidikan karakter.
“Komunikasi secara intens dan terbuka dengan media chat antara wali murid, komite dan sekolah adalah cara kami untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan bersama secara cepat,” kata Didik.
Dengan pola komunikasi tersebut, komite dapat menyampaikan situasi di lapangan secara langsung, termasuk ketika ada siswa yang mengalami masalah kedisiplinan, motivasi belajar, atau kondisi keluarga yang membutuhkan perhatian sekolah.
Kamis Berbudaya, Absensi Digital, dan Penguatan Budaya Positif
Selain penguatan karakter berbasis budaya Jawa, SDN Ponggok juga meluncurkan inovasi lain yang turut melibatkan komite, seperti layanan absensi digital berbasis Chromebook.
Orang tua dapat memantau kehadiran anak secara real time, sehingga proses pembiasaan disiplin menjadi lebih terkontrol.
Didik menjelaskan bahwa komite memiliki peran penting sebagai mitra komunikasi antara sekolah dan masyarakat, terutama dalam memantau perubahan perilaku anak setelah penerapan absensi digital.
Inovasi berikutnya adalah memastikan budaya positif terus berjalan, termasuk tata krama, penggunaan bahasa yang santun, dan pembiasaan menghargai sesama. Komite mendukung dengan memantau keseharian siswa ketika berada di luar sekolah.
Tantangan Komite
Meski memiliki peran strategis, komite masih menghadapi sejumlah kendala. Didik menyebut kurangnya partisipasi masyarakat dan kondisi ekonomi yang terbatas menjadi tantangan terbesar.
Hal itu membuat komite tidak bisa selalu bergerak maksimal ketika program sekolah membutuhkan keterlibatan masyarakat.
“Tantangan terbesar komite adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan keterbatasan ekonomi apabila akan memberikan sumbangan sukarela,” ungkapnya.
Namun demikian, sekolah memastikan tidak ada pungutan dalam bentuk apa pun, dan seluruh program dapat berjalan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah serta kolaborasi wali murid.
Komite Sebagai Mitra Karakter
Dengan berbagai keterlibatan tersebut, komite SDN Ponggok Pacitan telah menjadi mitra strategis sekolah dalam menjalankan program penguatan karakter. Komite tidak lagi sekadar lembaga formal, tetapi turut menjaga keberlanjutan nilai-nilai yang diajarkan sekolah saat anak berada di lingkungan masyarakat.
Didik berharap kerja sama itu terus tumbuh sehingga pembentukan karakter siswa dapat berjalan konsisten, mulai dari rumah, sekolah, hingga lingkungan sosial sehari-hari. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Komite SDN Ponggok Pacitan Jadi Garda Depan Penguatan Karakter Siswa
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |